“Menjadi seorang murabbi, bukan masalah baik atau
buruk..tapi apakah ada generasi baru dakwah yang gemilang atau hancur.”
Filosofi seorang murabbi bersama binaannya ibarat dirinya
dengan berbagai sungai. Menjadi tanggung jawab antum untuk menentukan mana
sungai yang aliran airnya deras, mana yang airnya tenang mengalir, mana sungai
yang airnya diam sama sekali, atau mana sungai yang awalnya mengalir pelan tapi
ujungnya menjadi deras.
Kalau antum sebagai murabbi berhadapan dengan sungai yang
airnya deras, antum harus bisa memberikan perhatian besar pada sungai tersebut.
Sungai ini akan memerlukan daya dukung besar agar bisa bermanfaat. Kalau air
yang tiba-tiba deras tersebut kemudian antum tutup begitu saja, air akan
muncrat kemana-mana. Tidak akan pernah menjadi manfaat tapi justru menimbulkan
petaka.
Dengan kata lain, binaan yang memiliki potensi besar
kemudian antum tutup sedemikian rupa tidak akan pernah bisa menghasilkan
kebermanfaatan bagi dakwah tapi justru menciptakan keonaran kemana-mana.
“Dalam kondisi ini pilihan antum sebagai seorang
murabbi hanyalah memiliki kapasitas luar biasa sehingga dapat mengatur derasnya
air tersebut.”
Antum pasti akan sangat disibukkan dengar urusan mengatur
arus ini. Namun ingatlah..ketika antum tidak disibukkan dalam ketaatan, berarti
antum akan sibuk dalam kemaksiatan.
Bila ternyata binaan yang antum kelola itu santai, tak
terlihat ada intensitas yang lebih pada dakwah, dengan demikian tanggung jawab
antum sebagai seorang murabbi adalah mengawasinya, memberinya semangat,
membuatnya menjadi deras seperti sungai yang tadi.
Kalau antum tidak menciptakan kader tersebut dengan baik
sebagaimana yang diharapkan oleh dakwah, maka ketahuilah..antum telah melakukan
kesalahan besar!
Tambah lagi kekuatan antum ketika sungai tersebut terlalu
tenang dan tidak bergerak. Sungai itu memerlukan air tambahan agar menjadi
deras lagi.
“Ingatlah, bahwa gelas yang kosong tidak akan bisa
menuang ke gelas yang lain. Kalau ternyata diri antum begitu banyak kelemahannya..sholat
tidak sempurna, dzikir sering terlewat, qiyamul lail apa adanya, maka apa yang
akan antum berikan pada binaan-binaan yang menjadi tanggung jawab antum?”
Setelah memilah jenis binaan, antum akan tau mana kelompok
yang punya kekuatan dahsyat, mana yang mengalir dengan tenang, dan mana yang
tidak ada gerakan sama sekali sehingga harus digerakkan dengan lebih keras.
Jangan mengira bahwa pengelompokkan kondisi ini karena pilih-pilih. Ini adalah
salah satu cara untuk bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh binaan
agar menjadi dahsyat.
“Hal lain yang perlu antum ingat, bahwa dai tidak
akan berdakwah dalam waktu sisa.”
Tapi setiap saat!
Menjadi tanggung jawab besar antum untuk terus memelihara
mereka, memberikan ri’ayah dari sisi tarbiyah, da’awi,
idari dan fanniyah.
#potongan taujih seorang ust dari mesir.
Alhamdulillah diberikan kesempatan untuk mendapatkan taujih
langsung dari beliau. Semoga bermanfaat.. :)
http://auqi1406.wordpress.com/2012/07/02/murobbi-dan-filosofi-sungai/
0 comments:
Post a Comment